Ibu……..
Sembilan
bulan kau mengandungku
Hingga
kau lahirkan aku
Kau
rawat aku penuh kasih sayang
Kasih
sayang yang tulus
Kau selalu ada
Ketika aku bersedih maupun bergembira
Di kala aku sedih
Kau menghibur dan menyemangatiku
Oh
ibunda tercinta
Kau
telah menghiasi hari-hariku
Dengan
tawa dan senyummu
Kau
membesarkanku
Dengan
penuh kasih sayang
Jasamu tak akan pernah kulupakan
Tak akan pernah bisa aku membalasnya
Aku akan bekerja keras
Demi mu ibu
Kini
Akan kubuktikan padamu ibu
Rasa cintaku yang tulus
Tadi malam ku dengar
suara azan
suara yang slalu mengingatkanku pada mu…
bergetar hati ini,
kala ku pandang sang mentari pergi…
.
suara yang slalu mengingatkanku pada mu…
bergetar hati ini,
kala ku pandang sang mentari pergi…
.
Riuk suara burung,
Bagai riuk hatiku yang merindukanmu…
Ibu…
Ibu…
Ku ingin tatapan itu,
Tatapan keteduhan dari jiwa yang suci
.
Alunan doa yang tulus
tak henti ku nyanyikan dalam jiwa ini
agar angin dapat membawanya,
menuju dia yang abadi…
.
Alunan doa yang tulus
tak henti ku nyanyikan dalam jiwa ini
agar angin dapat membawanya,
menuju dia yang abadi…
.
Disini…
Aku merajut asamu
Asa yang ku pegang teguh,,,
Asa yang membara
Sebagai semangat hidupku
Ibundaku sholihat
Sayup terdengar gerit halus suara pintu di kegelapan malam
nan hening
Kala aku terbangun malam itu
Kemericik air menyenandungkan ritual wudhu
Mengirim desir angin dingin yang memaksaku menarik selimut
lebih
Dalam ..
Bundaku..
Engkau ajarkan aku dalam diammu nilai ketaqwaan..
Kasih mengalir di senja itu
Ketika aku harus menunggu giliran mengaji darimu..
Atau saat cahaya remang mentari menyentuh bola mataku
Ketika dalam kuap sisa tidurku
Aku melihat engkau memabaca alqur’an shubuh itu.
Bundaku…
Dalam lakumu engkau ajarkan aku kecintaan akan kalam
illahi..
Biar Langit Malam Hitam…
Tak Lagi Pernah, Kerlipkan Bintang
Kau Tetap Ada, Dan S’lalu Setia
Dalam Pesona, Jiwamu Sederhana
Tak Lagi Pernah, Kerlipkan Bintang
Kau Tetap Ada, Dan S’lalu Setia
Dalam Pesona, Jiwamu Sederhana
Biar Rintikkan Hujan…
Tak Lagi Pernah, Hadirkan Pelangi
Kau Tetap Ada, Sahabat Setia
Tak Kan Terganti, Lukisan Hati Abadi
Tak Lagi Pernah, Hadirkan Pelangi
Kau Tetap Ada, Sahabat Setia
Tak Kan Terganti, Lukisan Hati Abadi
Walau alam ini indah
Takjub Kunikmati
Namun Semua Hampa
Karena Kau Tiada
Tersenyumlah Alam
Biarkan Kita Bahagia Bersama
Takjub Kunikmati
Namun Semua Hampa
Karena Kau Tiada
Tersenyumlah Alam
Biarkan Kita Bahagia Bersama
Biar Warna-Warni Bunga…
Tak Lagi Pernah, Harum Bermekaran
Kau Tetap Ada, Di Setiap Asa
Ceria Dan Tangis, Berbagi Bersama
Tak Lagi Pernah, Harum Bermekaran
Kau Tetap Ada, Di Setiap Asa
Ceria Dan Tangis, Berbagi Bersama
Biar Kicauan Burung…
Tak Lagi Pernah, Merdu Terdengar
Kau Tetap Ada, Disetiap Doa
Berjalan Bersama Gapai Ridhonya
Tak Lagi Pernah, Merdu Terdengar
Kau Tetap Ada, Disetiap Doa
Berjalan Bersama Gapai Ridhonya
Pada garis pena yang aku tulis,
Pada serangkain kata yang mulai lelah,
Tercecer pada secarik kertas
Tergerus oleh sang waktu,
Terombang-ambing menjelma pada satu kata.
Pada serangkain kata yang mulai lelah,
Tercecer pada secarik kertas
Tergerus oleh sang waktu,
Terombang-ambing menjelma pada satu kata.
Pada lusuh kertas yang mulai tergilas,
Berontak, tercabik, akan sang senja.
Hai tuan adakah engkau sadar ?
Adakah engkau mulai tergerak ?
Hingar pada bias-bias sang surya
Berontak, tercabik, akan sang senja.
Hai tuan adakah engkau sadar ?
Adakah engkau mulai tergerak ?
Hingar pada bias-bias sang surya
Senja, adakah sejuta rona manjamu?
Tejaring pada ketakutan, birahi sang surya.
Adakah senyum getir pada tiap hidangan malam ku ?
Ooo kau bergumam, aku tlah berlari mencari bayang
Menari hingga ku tersesat pada langkah kelamku
Tejaring pada ketakutan, birahi sang surya.
Adakah senyum getir pada tiap hidangan malam ku ?
Ooo kau bergumam, aku tlah berlari mencari bayang
Menari hingga ku tersesat pada langkah kelamku
Tuhanku,
Aku hanyalah sebutir pasir di gurun-MU yang luas
Aku hanyalah setetes embun di lautanMU yang meluap hingga ke seluruh samudra
Aku hanya sepotong rumput di padangMU yang memenuhi bumi
Aku hanya sebutir kerikil di gunung MU yang menjulang menyapa langit
Aku hanya seonggok bintang kecil yang reduo di samudra langit Mu yang tanpa batas
Tuhanku
Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU
Tuhanku…………..baktiku
tiada arti, ibadahku hanya sepercik air Hamba yang hina ini menyadari tiada artinya diri ini di hadapanMU
Tiada Engkau sedikitpun memerlukan akan tetapi …
hamba terus menggantungkan segunung harapan pada MU
Bagaimana mungkin sepercik air itu dapat memadamkan api neraka MU
Betapa sadar diri begitu hina dihadapanMU
Jangan jadikan hamba hina dihadapan makhlukMU
Diri yang tangannya banyak maksiat ini,
Mulut yang banyak maksiat ini,
Mata yang banyak maksiat ini…
Hati yang telah terkotori oleh noda ini…memiliki keninginana setinggi langit
Mungkinkah hamba yang hina ini menatap wajahMu yang mulia???
Tuhan…Kami
semua fakir di hadapan MU tapi juga kikir dalam mengabdi kepada MU
Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku….
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya
Semua makhlukMU meminta kepada MU dan pintaku….
Ampunilah aku dan sudara-saudaraku yang telah memberi arti dalam hidupku
Sukseskanlah mereka mudahkanlah urusannya
Mungkin
tanpa kami sadari , kamu pernah melanggar aturanMU
Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Tuhan percayakan kepada kami…Ampunilah kami
Pertemukan kami dalam syurga MU
dalam bingkai kecintaan kepadaMU Melanggar aturtan qiyadah kami,bahkan terlena dan tak mau tahu akan amanah
Yang telah Tuhan percayakan kepada kami…Ampunilah kami
Tuhanku….Siangku tak selalu dalam iman yang teguh
Malamku tak senantiasa dibasahi airmata taubat,
Pagiku tak selalu terhias oleh dzikir pada MU
Begitulah si lemah ini dalam upayanya yang sedikit
Janganlah kau cabut nyawaku dalam keadaan lupa pada Mu
Atau….dalam maksiat kepadaMU “Ya Tuhanku Tutuplah untuk kamu dengan sebaik-baiknya penutupan !!”
Dari
saudara untuk saudara “Perbaiki diri Serulah Orang Lain”
Wanita shalehah
Perhiasan
yang paling indah
Bagi
seorang abdi allah
Itulah
ia wanita shalehah
ia
yang menghiasi dunia
aurat
di tutup demi kehormatan
kitab
al-qur’an di daulahkan
suami
mereka di taatinya
walau
perjuangan di rumah saja
karena
iman dan juga islam
telah
menjadi keyakinan
jiwa
dan raga mampu dikorbankan
harta
kemewahan dilaburkan
di
dalam kehidupan ini
ia
menampakan kemulyaan
bagai
sekuntum mawar yang tegar
di
tengah gelombang kehidupan
'CINTA, KELUARGA DAN SAHABAT'
Kenapa
harus diam dan tak nyapa aku??
Kenapa
tak perhatian dengan urusanku??
Atau aku
yang tak tahu bahwa sebenarnya kamu peduli…
Mungkin
egois????Ah
tidak….
Dulu….
Betapa
seringnya sapamu mampir padaku…
Kini….
Ah…mungkin ada sesuatu yang lain…
Dan bijak
saja…
Kuanggap
itu hal terbaik yang mo kamu kasih ke aku…
Walo g
jelas…
Aku
yakin….
Pada satu
hal yang hanya kita berdua yang tahu….
Dan semua terasa begitu manisnya…
Dan semua terasa begitu manisnya…
Sisa
percintaan semalam jelas tergambar di beranda hati kita,
Setelah
lewati seribu bukit tak berwarna.
Kita
membentuk kabut yang penuhi langit-langit kamar sunyi,
Yang
terlahir dari sisa nafas.
Kau
selalu tersenyum di balik pendar lampu,
Memaki
kehangatan jemari di ujung kesunyian.
Tak
adakah belaian malam ini? Untuk membangunkan amarah yang pulas
tertidur.
Cinta
memang kelam, seperti tak ada jalan dalam gua tanpa pelita.
Diluar
kamar petir menjadi petaka,
Dan hujan
tertawa melihat darah yang meringis dari tubuhmu.
Angin
yang belari lewati jendela mengetuk-ngetuk,
Anginpun
tersesat ketika harus mencarimu
Menyampaikan salam yang
kutitipkan
Daun-daun
hanya bisa gugur ketika
Aku
menceritakan ini padanya
Baktiku
hanya tersisa doa
Sementara, durhakaku kepadamu
Menjadi
tumpukan
Sesal
dalam hitungan nafas
Yang saat
kutuliskan puisi ini
Kau hanya
diam membisu
Di balik
nisan yang memahat namamu
Ayah
akan segera pulang sayang
Membawa
rindu yang telah kau pesan
Dalam
candamu yang menggemaskan, adakah
Amanat
yang kuberikan kau rampungkan
“jaga kedua adikmu, sayang”
: kelak kau akan mengerti kenapa hidup
Mesti
berbagi, yang akan kau lewati
Pada
perantuan-perantuanmu suatu hari
Kaulah
yang selalu berlari ketika ayah pulang
Membuka
pintu rumah, lantas berlari memelukku
Melepaskan simpul-simpul penat
Yang
telah diikatkan kehidupan pada leher-leher jiwaku
Meramu
bahagiaku lewat kecup keningmu
Mengurung
keputusasaan yang membelenggu
Seandainya aku bisa menghentikan waktu….
Aku akan menghentikan waktu….
Tapi
apa daya… aku tak punya kemampuan
itu…
Tak ingin
hari ini berlalu…
Tapi
apa daya…
Waktu
bergulir setiap detiknya…
Seminggu
sudah…
Aku
merasakan kenangan ini….
Seminggu
sudah…
Pada
akhirnya harus merasakan perpisahan ini….
Seandainya kau tahu dalamnya hati ini….
Tapi
apa daya….
Kau tak
tahu…
Benarkah
kau akan menjadi kenanganku?
Takut,
kenangan itu akan memudar….
Hati ini
tak ingin melupakanmu…
Menunggu
sampai keajaiban itu datang…
Sampai
kapan?
Adakah
yang tahu?
Tatapan
lembut selalu terlihat ketika aku berbicara
mata itu menyiratkan pengalaman hidupmu
delapan puluh tiga tahun…
masa perjuangan, kemerdekaan, reformasi…hingga kini
bapak lalui dengan penuh kesabaran yang tiada kentara
mata itu menyiratkan pengalaman hidupmu
delapan puluh tiga tahun…
masa perjuangan, kemerdekaan, reformasi…hingga kini
bapak lalui dengan penuh kesabaran yang tiada kentara
Dalam
perjuangan taklukan bumi, tak pernah kulihat keluhanmu
tiada lelahkah bapak berjalan tanpa daya menggenggam emas?
Berjuang tanamkan kejujuran setiap peristiwa yang dating silih berganti
kauseka peluh keringat selalu disertaidengan senyum puas
bapakku seorang pahlawan kesabaran…
tiada lelahkah bapak berjalan tanpa daya menggenggam emas?
Berjuang tanamkan kejujuran setiap peristiwa yang dating silih berganti
kauseka peluh keringat selalu disertaidengan senyum puas
bapakku seorang pahlawan kesabaran…
Kini…
Tubuhmu Terbujur Kaku Di Pembaringan, Tak Berdaya…
Menanti Waktu Hentikan Langkahmu
Masih…
Sinar Matamu Lebih Menyimpan Perjuangan Tuk Terus Melangkah
Dalam Ketakberdayaan, Matamu Menyimpan Sejuta Kata
Melalui Cakrawala Buku-Buku Yang Telah Menetap Dalam Jiwamu
Tubuhmu Terbujur Kaku Di Pembaringan, Tak Berdaya…
Menanti Waktu Hentikan Langkahmu
Masih…
Sinar Matamu Lebih Menyimpan Perjuangan Tuk Terus Melangkah
Dalam Ketakberdayaan, Matamu Menyimpan Sejuta Kata
Melalui Cakrawala Buku-Buku Yang Telah Menetap Dalam Jiwamu
Aku hadir … tlah lama
berdiri
Aku
untukmu dan harapanku mendalam
Kau mampu
merubah indah ini hanya sesaat
Dan redup
tuk selamanya
Janjimu
terucap namun melukaiku
Kapankah
hati ini terus menanti
Bayang-bayang nyata dari ketulusan hati
Memeluk
mesra jiwaku kosong
Pastikan
matamu tak membohongi mataku
Selalu
perihkan jalanku untuk menggapaimu
Dari
dirimu … impianku
Terlalu
nyata…
Setiap
kejadian yang membuatku berpikir
Kau tidak
bersua
Diam
seribu bahasa…
Pernah
kau tahu…?
Diri ini
merindukanmu kembali…
Waktu
berjalan…
Sudah
waktunya aku harus pergi…
3 kata
yang ingin kusampaikan…
Tak
pernah terucap sampai sekarang…
Kenangan…
Semua
telah menjadi kenangan….
Kisah
kasih yang mulanya indah
Tak
menyangka harus begini akhirnya…
Biar
Langit Malam Hitam…
Tak Lagi Pernah, Kerlipkan Bintang
Kau Tetap Ada, Dan S’lalu Setia
Dalam Pesona, Jiwamu Sederhana
Tak Lagi Pernah, Kerlipkan Bintang
Kau Tetap Ada, Dan S’lalu Setia
Dalam Pesona, Jiwamu Sederhana
Biar
Rintikkan Hujan…
Tak Lagi Pernah, Hadirkan Pelangi
Kau Tetap Ada, Sahabat Setia
Tak Kan Terganti, Lukisan Hati Abadi
Tak Lagi Pernah, Hadirkan Pelangi
Kau Tetap Ada, Sahabat Setia
Tak Kan Terganti, Lukisan Hati Abadi
Walau
alam ini indah
Takjub Kunikmati
Namun Semua Hampa
Karena Kau Tiada
Tersenyumlah Alam
Biarkan Kita Bahagia Bersama
Takjub Kunikmati
Namun Semua Hampa
Karena Kau Tiada
Tersenyumlah Alam
Biarkan Kita Bahagia Bersama
Biar
Warna-Warni Bunga…
Tak Lagi Pernah, Harum Bermekaran
Kau Tetap Ada, Di Setiap Asa
Ceria Dan Tangis, Berbagi Bersama
Tak Lagi Pernah, Harum Bermekaran
Kau Tetap Ada, Di Setiap Asa
Ceria Dan Tangis, Berbagi Bersama
Biar
Kicauan Burung…
Tak Lagi Pernah, Merdu Terdengar
Kau Tetap Ada, Disetiap Doa
Berjalan Bersama Gapai Ridhonya
Tak Lagi Pernah, Merdu Terdengar
Kau Tetap Ada, Disetiap Doa
Berjalan Bersama Gapai Ridhonya
Pada
garis pena yang aku tulis,
Pada serangkain kata yang mulai lelah,
Tercecer pada secarik kertas
Tergerus oleh sang waktu,
Terombang-ambing menjelma pada satu kata.
Pada serangkain kata yang mulai lelah,
Tercecer pada secarik kertas
Tergerus oleh sang waktu,
Terombang-ambing menjelma pada satu kata.
Pada
lusuh kertas yang mulai tergilas,
Berontak, tercabik, akan sang senja.
Hai tuan adakah engkau sadar ?
Adakah engkau mulai tergerak ?
Hingar pada bias-bias sang surya
Berontak, tercabik, akan sang senja.
Hai tuan adakah engkau sadar ?
Adakah engkau mulai tergerak ?
Hingar pada bias-bias sang surya
Senja,
adakah sejuta rona manjamu?
Tejaring pada ketakutan, birahi sang surya.
Adakah senyum getir pada tiap hidangan malam ku ?
Ooo kau bergumam, aku tlah berlari mencari bayang
Menari hingga ku tersesat pada langkah kelamku.
Tejaring pada ketakutan, birahi sang surya.
Adakah senyum getir pada tiap hidangan malam ku ?
Ooo kau bergumam, aku tlah berlari mencari bayang
Menari hingga ku tersesat pada langkah kelamku.
Di air
manis tahun-tahun tanpa tercatat
Seorang anak meraung di antara ruang
Ruh berperang raga, nurani dan harga diri
Mohon ampunan tanpa bisa membela
Seorang anak meraung di antara ruang
Ruh berperang raga, nurani dan harga diri
Mohon ampunan tanpa bisa membela
Kini
tahun-tahun berganti
Onggokan batu dan denyut nafsu
Tak pernah pupus, ombak teluk bayur
Mengabarkan petualang yang tak pulang
Berjumpa bunda yang kian senja
Onggokan batu dan denyut nafsu
Tak pernah pupus, ombak teluk bayur
Mengabarkan petualang yang tak pulang
Berjumpa bunda yang kian senja
Sekian
tahun yang akan datang
Barangkali perjalanan tak pernah selesai
Merantau mengubah nasib
Lewat harapan yang tak pernah usai
Barangkali perjalanan tak pernah selesai
Merantau mengubah nasib
Lewat harapan yang tak pernah usai
Barangkali aku
Tetap saja tak pernah bisa bersimpuh
Dan mohonkan ampunan bunda
Karena telah menjadi manusia baru
Pewaris malin yang membatu
Tetap saja tak pernah bisa bersimpuh
Dan mohonkan ampunan bunda
Karena telah menjadi manusia baru
Pewaris malin yang membatu
Ketika barisan kata puisi
tak mampu menembus balok es hatimu
mambekukan pikiran
malelehkan harapan.
Mungkin dulu aku sempat terbang melayang
memikirkan betapa indah kau ku dekap
dengan sayap putih ku.
Hanya di kesunyianku kau jadi bidadariku
hanya di tidurku kau jadi miliku
mambekukan pikiran
malelehkan harapan.
Mungkin dulu aku sempat terbang melayang
memikirkan betapa indah kau ku dekap
dengan sayap putih ku.
Hanya di kesunyianku kau jadi bidadariku
hanya di tidurku kau jadi miliku
Sekarang,
esok, dan hari-hari berikutnya
tak ada lagi bidadari dalam kesunyianku.
Hanya kilauan cahaya putih masa lalu yang berterbangan
yang seiring waktu akan jatuh padam dengan sendirinya.
Terlalu senang dan bodoh aku bertepuk sebelah tangan
termakan oleh wewangian dan taman bunga yang indah
yang tak tahu di dalamnya banyak lebah.
tak ada lagi bidadari dalam kesunyianku.
Hanya kilauan cahaya putih masa lalu yang berterbangan
yang seiring waktu akan jatuh padam dengan sendirinya.
Terlalu senang dan bodoh aku bertepuk sebelah tangan
termakan oleh wewangian dan taman bunga yang indah
yang tak tahu di dalamnya banyak lebah.
Diam tak
terdengar kicauan merdu dari bibirmu
karena jauh semakin rindu kicauanmu
terlalu rindu sehingga aku di perbudak oleh akal sehatku dan hati cintaku
untuk menebar tinta pena bertuliskan keindahan dirimu, pesonamu
dan kebesaran tulusnya cintaku.
karena jauh semakin rindu kicauanmu
terlalu rindu sehingga aku di perbudak oleh akal sehatku dan hati cintaku
untuk menebar tinta pena bertuliskan keindahan dirimu, pesonamu
dan kebesaran tulusnya cintaku.
Karena
cintaku padamu tak ada bandingannya,
bahkan dengan kata-kata cinta sekalipun.
bahkan dengan kata-kata cinta sekalipun.
Siang
terbayang, malam menjelma dalam tidurku.
Api cinta yang engkau bakar di dalam hatiku
tak akan redup atau mati
bahkan terlihat diam bersendiri dalam gelap
dan tak ada hembusan anginpun yang ingin mencoba mematikan api cintaku.
Api cinta yang engkau bakar di dalam hatiku
tak akan redup atau mati
bahkan terlihat diam bersendiri dalam gelap
dan tak ada hembusan anginpun yang ingin mencoba mematikan api cintaku.
Akan ku
tunggu sampai beku mengkristal perasaanku
dan berharap kristal-kristal itu memikat hatinya
dan luluh akan kialauannya.
dan berharap kristal-kristal itu memikat hatinya
dan luluh akan kialauannya.
Pertama
dihadapanku
Kau
tersenyum tanpa pilu
Namun
dibelakangku
Kau sedih
dengan rasa bingung
Cinta
yang menodai
Mata yang
menghiasi
Sendu
yang terobati
Dan senja
yang dilabuhi
Imajinasiku tertutup oleh bisu
Ilusi dan
emosiku menjadi biru
Rasanya
ku ingin menipu
Disetiap
langkah otakmu
Cinta
yang berdiri disana
Membawa
api yang membara
Untuk
tetap berkasih muka
Dan untuk
tetap melapangkan dada
Tangisan
airmataku
Yang
kuhadi kini
Telah
menjadi biru kelabu
Dan
takkan terobati
Satu yang
kupinta darimu
Tiuplah
hembusan kelabu di hatiku
Sore Hujan Tak Jadi
Ini hari
ciptakan kelam
Tiada lagi meniti harap
Bagi yang memeluk dan
Yang melepas
Tiada lagi meniti harap
Bagi yang memeluk dan
Yang melepas
Cuma
mendengar cerita;
Antara danau, masjid, aspal
Beri cerita seribu duka sepi
Antara danau, masjid, aspal
Beri cerita seribu duka sepi
Ada juga
sepasang walet
Bermain air atasan danau,
Lihatnya mesra ulu hati
Tercekik..
Bermain air atasan danau,
Lihatnya mesra ulu hati
Tercekik..
Tersinggung diri, dari mereka
Meliuk di tengah langit hujan tak jadi,
Elek ku punya muram mata air diri
Meliuk di tengah langit hujan tak jadi,
Elek ku punya muram mata air diri
Kini ku
sendiri menatap beriak air
Kacakan pengap tampak di wajah
Sisikan iyeng endap lumpur
Biar meluncur air jernih…
Kacakan pengap tampak di wajah
Sisikan iyeng endap lumpur
Biar meluncur air jernih…
Harap
punda cinta pengap
Habis tertelan sore hujan tak jadi..
Habis tertelan sore hujan tak jadi..